Istilah (term) ini pertama kali dikenal oleh penulis ketika mengikuti perkuliahan Psikologi Konseling pada tahun 1995-an. Ketika itu empati diartikan, secara mudahnya, sebagai cara untuk memahami kondisi orang lain, yaitu bagaimana seharusnya konselor memahami keadaan dan permasalahan-permasalahan yang diungkapkan oleh seorang konseli (klien). Ibarat anak yang baru bisa bersepeda terlihat si anak sangat antusias untuk menggunakan berbagai macam gaya bersepeda. Begitu juga para mahasiswa ketika itu, mereka tampak maruk menyelipkan istilah-istilah baru yang ditemuinya ke dalam percakapan sehari-hari, termasuk empati. Kadang-kadang istilah tersebut diterapkan secara sembarangan sehingga memiliki pengertian yang aneh dan menggelikan. Hal itu terjadi karena kurangnya pemahaman dan penguasaan atas konsep yang digunakan.
Harga Rp 52.000